Leptirosis


Penyebab penyakit leptospirosis adalah spesies Leptospira interrogans yang mampu menyebabkan penyakit (patogen) pada manusia.
Ada pula spesies lain yang tidak patogen, yaitu Leptospira biflexa.
Leptospira berbentuk spiral dengan ukuran 0,1 mm x 6 - 20 mm, selalu bergerak, dapat hidup di air tawar selama kurang lebih 1 bulan, biasanya cepat mati di air asin.
Setiap spesies leptospira terbagi menjadi puluhan serogrup dan terbagi lagi menjadi puluhan, bahkan ratusan serovar.
Saat ini, Leptospira interrogans yang bersifat patogen telah dikenal lebih dari 200 serovar.

Leptospira biasanya hidup di dalam ginjal hewan inang dan dikeluarkan melalui air kencing (urin).
Hewan inang tersebut antara lain tikus, babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, kelelawar, tupai dan landak.
Tikus sering menjadi inang bagi berbagai serovar leptospira.

Secara umum gejala leptospirosis, antara lain demam (ringan atau tinggi), nyeri kepala yang bisa menyerupai nyeri kepala pada DBD, seringkali disertai tubuh yang menggigil, nyeri otot terutama di daerah betis, punggung dan paha sehingga penderita sukar berjalan, mual, muntah dan nafsu makan menurun, radang pada mata, dan pada kasus berat dapat terjadi mata berwarna kuning, gangguan faal ginjal, radang paru dan radang otak.

Pada minggu pertama demam tinggi disertai nyeri otot, nyeri kepala, mual, muntah dan berbagai gejala lainnya.
Pada masa ini, leptospira dapat ditemukan dalam darah.
Pada minggu selanjutnya, leptospira menghilang dari darah dan menetap di ginjal, sehingga teridentifikasi di urin.

Penyakit leptospirosis ada juga yang disertai warna kuning (tipe ikterik). Warna kuning dapat dikenali pada mata, selaput lendir mulut, dan bahkan pada badan.
Namun, ada juga yang tidak disertai warna kuning (tipe anikterik). Leptospirosis yang berat dan sering mematikan kebanyakan dari tipe ikterik, dan dinamakan penyakit Weil.

Penyakit Weil adalah satu jenis leptospirosis yang sering ditemukan di Indonesia dan tampilan klinisnya berat.
Penyakit ini akibat Leptospira interrogans, serovar icterohaemorrhagica.
Penyakit ini ditandai dengan mata kuning atau dapat dijumpai di seluruh badan, gangguan faal ginjal, perdarahan, dan angka kematian yang tinggi.

Kelainan faal hati yang dapat dilihat berupa mata kuning selalu ditemukan pada penyakit ini.
Warna kuning biasanya timbul pada hari kelima, kondisi makin berat setelah 4 atau 5 hari kemudian dan dapat berlangsung selama satu bulan.

Lantas terjadi pendarahan.
Walaupun pendarahan bisa juga terjadi pada leptospirosis tipe anikterik, tetapi pada tipe ikterik lebih sering terjadi.
Jenis pendarahan yang biasa terjadi adalah pendarahan di bawah kulit seperti bintik merah seperti pada DBD dan kebiru-biruan, mimisan, pendarahan pada mata, pendarahan gusi dan dapat pula batuk berdarah seperti penderita TBC paru.
Bila pendarahan terjadi di otak biasanya berakhir dengan kematian.
Penyakit Weil sering kali disertai gangguan faal ginjal berupa gagal ginjal akut.
Biasanya jumlah urin yang diproduksi dapat mulai berkurang pada minggu kedua sakit, walaupun bisa pula terjadi pada hari kelima.
Penderita menjadi tidak mau makan, muntah-muntah, mengalami gangguan orientasi dan kesadaran.
Pada kasus berat, seringkali disertai kejang-kejang untuk selanjutnya koma.

Untuk pengobatan, dapat diberikan antibiotika seperti penisilin, ampisilin, tetrasiklin dan beberapa jenis antibiotika baru lainnya.

Pada penyakit Weil selain antibiotika, diperlukan juga pengobatan pendukung seperti bila terjadi gagal ginjal akut, dan tindakan lainnya sesuai dengan kebutuhan penderita.

Pencegahan yang lebih baik tentu dengan menjaga kebersihan lingkungan kita, karena kita tahu bahwa penularannya, antara lain, melalui binatang seperti tikus.

No comments:

Post a Comment